DUA LINGKARAN
Cobalah ambil 1 barang
yang bukan pecah belah, misalnya dompet, lalu lemparkan keatas..! Apa
yang terjadi? Jatuh ‘kebawah’ kan? Andaikan benda itu adalah rejeki,
bisakah Anda mengatakan, “Kalau sudah rejekinya di tangan saya, maka akan jatuh di tangan saya!” → Benarkah itu?
Kalau Anda bilang benar, coba lempar keatas ribuan kali atau jutaan
kali, sampai gempor... Tanpa Anda berusaha menangkapnya, gak bakalan
jatuh di tangan Anda, kecuali Anda sakti mandraguna.
Koq bisa
begitu? Ya iyalah.. itulah Hukum Alam (Sunatullah) namanya GRAVITASI.
Bagaimana agar benda itu ada di tangan Anda? Ya ditangkap donk..!! Coba
lempar beberapa kali, syukur ada kawan yang bisa bantu saling lempar.
Coba hitung berapa kali Anda dilempar oleh kawan Anda dan berapa kali
Anda bisa menangkap? Jika jarak Anda jauhkan, maka akan mulai terasa
tingkat kesulitannya dan apa yang akan terjadi? Dari beberapa kali
lemparan Anda, mungkin akan ada beberapa kali yang tak tertangkap.
Usaha kita untuk menangkap itu disebut ikhtiar yang menghasilkan NASIB
kita. Adapun saat kita berusaha dan gagal menangkap, itu disebut TAKDIR.
Bagaimana ‘memperbesar’ faktor nasib kita, agar kemungkinan kita
menangkap rejeki lebih besar? L.A.T.I.H.A.N…!! Alias menyempurnakan
ikhtiar.
Nasib ibarat lingkaran yang kita bisa kuasai (kecil).
Takdir adalah lingkaran yang kita terkuasai (besar). Kita tak bisa
menghapus takdir, karena itu hak Allah, tapi kita bisa memperbesar
lingkaran nasib kita, karena itu upaya kita dan juga anugerah potensi
yang Allah berikan.
Kita diberikan potensi yang besar oleh
Allah untuk mempelajari ilmu yang ada di bumi dan kemudian
menyempurnakan ikhtiar kita. Namun sering kita lalai, banyak mengeluh,
menunda-nunda, menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan Allah, padahal
kita belum menyempurnakan ikhtiar kita.